Skip to main content

Lulus dari Biomedis, Menjadi Tangis atau Manis?

Kurang dari dua minggu lalu kampusku baru saja menggelar kegiatan wisudaan, judulnya Wisuda Juli. Momen wisudaan kali ini berhasil menyentuh emosiku meskipun aku sedang jauh dari tempat kejadian. Selain karena kakak-kakak tingkat angkatan 2015 yang mulai bergiliran meninggalkan kampus, pada wisuda kali ini sarjana Teknik Biomedis ITB lahir. Untuk pertama kalinya, ITB punya lulusan sarjana Teknik Biomedis. Senang, terharu, dan bangga melihat EB (Teknik Biomedis--red) 2015 telah menyelesaikan studinya di jurusan yang let's say masih dini.

Sejujurnya, ketika mendengar cerita-cerita dari mereka, angkatan 2015, di jurusan ini, perasaanku campur aduk. Dari mulai kagum, heran, sampe takut sendiri. Kagum dan heran bagaimana mereka bisa menempuh tahun-tahun penuh spekulasi yang cukup dinamis. Seperti yang sudah kusinggung di awal, ini angkatan pertama yang lulus. Artinya, mereka pula yang menjadi "kelinci" pertama dalam "eksperimen" Teknik Biomedis sebagai jurusan baru di ITB. Ya iya sih, Kelompok Keahlian Teknik Biomedis sudah ada sejak lama --sebagai subjurusan (peminatan) dari jurusan Teknik Elektro. Tapi, kan, beda.

Angkatan-angkatan sebelum 2015 belum merasakan kurikulum murni dari Teknik Biomedis, angkatan-angkatan sebelum 2015 menempuh hampir seluruh masa kuliahnya untuk mempelajari hal-hal berbau Teknik Elektro; porsi non-Teknik Elektro-nya tidak sebanyak apa yang mahasiswa Teknik Biomedis lalui. Singkatnya, mendengar cerita perjalanan mereka saja sudah bikin bangga.. lha ini ada yang sudah berhasil melewatinya. Hmmmm, apa iya wisuda ini adalah garis finis dari kehidupan jurusan? Memang benar setelah ini kehidupan seputar Biomedis sudah berakhir? Memangnya kamu akan ganti haluan setelah lulus?
Angkatan kedua Teknik Biomedis ITB

Sebuah pertanyaan pun muncul, "Kalau kamu di posisi mereka -yang sudah lulus, kamu mau apa setelah ini?" Walaupun kelulusanku masih sekitar setahun lagi (doain aja hahaha), pertanyaan itu sering menghantuiku. Takut? Iya. Bingung? Banget. Sebenarnya, lulusan S1 Teknik Biomedis bisa ngapain sih?

Kalau baca artikel-artikel tentang jurusan, kita akan lihat bahwa program studi Teknik Biomedis ini cukup menjanjikan. Bahkan, beberapa artikel menyatakan sangat menjanjikan karena ini ilmu masa depan. Pak Richard Mengko, salah seorang dosen di STEI ITB, juga pernah bilang bahwa ilmu yang kita pelajari di hari ini sebaiknya adalah ilmu-ilmu yang akan diaplikasikan di masa depan. Sebab, jika kita hanya mempelajari ilmu hari ini atau ilmu yang sudah dikuasai oleh orang-orang pada masa sekarang, ada kemungkinan bahwa ilmu-ilmu tersebut tidak akan berguna (tidak bisa diaplikasikan-red) di masa depan. Dan, Biomedis adalah ilmu masa depan --setidaknya di Indonesia.

Lalu, kenapa artikel dan orang-orang (visioner) berani bilang kalau Teknik Biomedis ini menjanjikan?
(1) Prospek kerjanya luas: di rumah sakit, perusahaan, industri, lab alias riset dan penelitian, akademik (dosen, misalnya), lembaga layanan kesehatan, dan masih banyak yang lainnya.
(2) Kesehatan adalah salah satu hal yang penting, dan terus akan menjadi penting, untuk manusia khususnya.
(3) Teknologi sedang melejit, dan kalimat ini tetap berlaku di tahun-tahun mendatang. Sebab, siapa yang menolak kemudahan dalam hidup? Ya, masih ada sih.
(4) Katanya, permintaan pasar terhadap lulusan Teknik Biomedis akan meningkat pesat di masa depan.

Nah, sekarang mungkin pertanyaan yang muncul bunyinya, "Kalau menjanjikan, kenapa kamu harus takut dan kebingungan soal kehidupan pascakampus?" Reality does not always meet expectations. Those promising sentences have not applied here, bruh. Yes, here, in our beloved country.

Di sini, di Teknik Biomedis, aku belajar banyak banget bidang. Meskipun jurusannya spesifik, ternyata disiplinnya malah luas dan beragam banget. Kimia? Ada. Biologi? Lumayan banyak. Kefarmasi-farmasian juga iya. Informatika? Dikit, sih, tapi bisa jadi banyak juga. Material? Bisa diadain. Mekanika? Dapet juga. Elektro? Banyak banget. Bagus sih ya belajar banyak hal jadi tau banyak hal 'kan --idealnya. Tetapi, nih, dengan belajar yang super banyak gini, aku justru merasa nggak bisa apa-apa.

I am not trying to blame anyone, anything, any conditions. Really. I consciously know that the main reason why I feel I do not expertise anything is: I am not enough a.k.a I am stupid, I am a bit lazy LOL, so I do not belong anywhere.

Cukup, maaf atas pesimisme dan kerendahan diri yang kusempil.

Kembali ke topik.
Benar adanya bahwa Teknik Biomedis cukup favorit dan cukup menjanjikan di negara-negara maju. Sistem operasi dari kesehatan, seperti siklus kerja rumah sakit dan manajemen sumber daya, telah terstruktur sedemikian rupa yang membutuhkan peran-peran engineer tak terkecuali Biomedical Engineer. Tak hanya itu, medical device termasuk medical equipment di sana telah berkembang pesat. Dokter atau tenaga medis lainnya dan engineer pun sudah menjalin simbiosis mutualisme dan saling membutuhkan. Tetapi, jika kita mencoba berpindah dari jendela ke sebuah cermin, kita tentu akan melihat pemandangan di depan cermin tidak seindah apa yang tampak dari jendela luar (analoginya nggak nyambung sebenernya)

Benar adanya bahwa negara ini masih sangat jauh mencapai situasi tersebut. Aku sungguh ingin menyalahkan keadaan. Entah keadaan ketika aku memilih jurusan atau memilih universitas, entah keadaan semasa perkuliahan jurusan, entah keadaan ketika nanti aku lulus dari jurusan. Tapi, aku tau sih tindakan itu nggak akan menyelesaikan permasalahanku, bahkan menghilangkan kebingunganku aja nggak bisa.

Daripada menyalahkan keadaan, aku lebih memilih mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban. Selayaknya petuah dari Bapak Wiranto Arismunandar dalam Plaza Widya Nusantara ITB, bunyinya, "... kampus ini menjadi tempat bertanya, dan harus ada jawabnya..." Salah satu seniorku, kini dia bekerja di sebuah perusahaan alat medis yang sangat ternama --bahkan termasuk dalam 5 besar di dunia, pernah bilang bahwa prospek kerja lulusan S1 untuk ranah Teknik Biomedis memang belum sebanyak di luar sana. Teknik Biomedis merupakan hal yang baru, maka kebutuhan perusahaan/ negara/ instansi lainnya terhadap SDM yang bergulat di bidang ini juga nggak banyak. Poinnya adalah lulusan S1 Teknik Biomedis belum dibutuhkan sebanyak itu.

Perusahaan-perusahaan yang well-established di luar dan membuka "cabang" di Indonesia, untuk sekarang, cenderung memilih trusted quality SDM dibanding memberdayakan lulusan-lulusan S1 yang kebanyakan less experienced dan masih mudah terombang-ambing. Seniorku juga bilang bahwa, lagi-lagi untuk saat ini, lulusan S1 Teknik Biomedis ya baru bisa merasakan "level dasar"-nya sistem dari perbiomedisan. Misalnya: sales, marketing, product specialist, technician. Padahal, seperti yang aku bilang di awal, prospek Teknik Biomedis tuh banyak banget sebetulnya. Mulai dari teknis, riset, manajer proyek, sampai pembuat kebijakan dan regulasi.

Kabar baiknya adalah dunia biomedis nggak akan berhenti sampai di sini. Biomedis dipercaya akan terus berkembang, knowledge transfer bakal terus ada dan berlanjut hingga tiba pada waktunya~. Sekarang sudah lumayan banyak kok perusahaan-perusahaan (baca: start-up) yang bergerak di bidang biomedis. Kantor-kantor alat kesehatan bisa ditemukan di mana-mana, walaupun alkesnya mostly masih impor. Laboratorium, rumah sakit, dan universitas pun mulai mengembangkan peneilitian perihal alat-alat penunjang medis. Orientasinya, ya, untuk perbaikan kualitas kesehatan.
Oh iya, kesehatan itu penting dan akan selalu penting.

Pada saatnya nanti, perbiomedisan di Indonesia akan seperti harapan kita --lulusan-lulusannya. Pada saatnya nanti, orang-orang akan melihat betapa pentingnya memiliki biomedical engineers untuk menciptakan infrastruktur kesehatan (kebijakan, peraturan, sistem, manajemen, produksi, dll.) yang berkelanjutan. Pada saatnya nanti, biomedical engineers akan bernapas lega karena akhirnya merasa telah memilih jurusan yang tepat. Pada saatnya nanti, biomedical engineers akan mengerti apakah wajar bagi dirinya tidak menguasai/ tidak terspesialisasi dalam bidang mana pun, kecuali doi emang punya hobi yang spesifik dan menunjang.

Ah, nanti, nanti, dan nanti. Selalu pakai kata akan, memangnya tak bosan?
Daripada bosan, mari kita sudahi pembahasan mengenai ramalan indahnya masa depan. Sebab, keindahan tersebut hanya akan menjadi impian belaka jika tidak ada yang mewujudkannya. Sebab, keindahan tersebut tidak akan terwujud jika tidak ada yang memulainya. Kemudian, pertanyaan selanjutnya, "Apakah kamu berani menginisiasi? Atau menunggu dan sabar menanti? Atau justru memilih pergi?"

Temukan jawabannya 20 tahun lagi.

Comments

  1. Yuhuuu keren bgt riris wkwk
    Samaa bgt ini yg sangat2 menghantui setelah menjadi sarjana teknik biomedis:((

    ReplyDelete
  2. akhirnya ada yg membuat tulisan atas realita ini wkwk. thanks kak! ditunggu tulisan lainnya🥰

    ReplyDelete
  3. Keren, semangat terus ya kak! Aku sebagai angkatan pertama biomedical engineering juga merasakan kebimbangan, entahlah kedepannya bakal gimana, ini baru tahun pertamaku😂 Ditunggu tulisan2 selanjutnya 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Hasanah. Huaaa, semangat juga kamu!
      Nggak papa, wajar banget emang merasa bingung dan terlihat blur. Nanti lama kelamaan akan nemuin "jati diri" kita kok. Paling penting, always do the best yaaa <3

      Delete
  4. Kak, aku kepengen jurusan iniii tp baca tulisan kakak aku gatauu harus lanjut atoo pindahhh hwaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, kalo butuh ngobrol-ngobrol lebih lanjut bisa kontak aku kook lewat email aifilarr@gmail.com. Feel free to ask ^_^

      Delete
  5. Kak apakah artinya biomedis itu kurang baik ya? Aku jujur bingung. Apalagi aku calon mahasiswa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, bisa baca post terbaruku ya yg judulnya "Menjadi Sarjana Teknik Biomedis ITB"

      Delete
  6. Kak aku mahasiswa baru teknik biomedis lagi bingung banget nih mau pindah aja ke jurusan lain atau gimana ngerasa jurusan ini ke depan nya agak gimana gitu apa lagi setelah baca tulisan kakak ini😥

    ReplyDelete
  7. makasih banyak kak sudah menulis ini, jujur terharu bisa nemu tulisan seperti ini. Aku yg calon mahasiswi thn 22 jd ingin sharing sharing lebih banyak lg, bisa lewat mana ya kak?

    ReplyDelete

Post a Comment