Skip to main content

Pengingat


Seseorang pernah menasihati pada adik perempuannya yang apabila dituangkan ke dalam tulisan menjadi sebuah paragraf panjang. Ada suatu kalimat yang mengena dari kakak, tak pernah absen terngiang di benak sang adik,


"Ya sudah aku terima aja mungkin emang jalanku di sini, entah bakal jadi pembelajaran atau keberhasilan".


Sejak saat itu, sang adik mulai berpikir bahwa ia tidaklah seorang diri. Banyak orang di luar sana, bahkan di dekatnya, mengalami atau akan mengalami kegagalan. Kegagalan itu manusiawi. Kegagalan adalah kewajaran. Kegagalan adalah... entahlah, sang adik belum bisa mendeskripsikannya. Poin yang ia ketahui hanyalah kegagalan dan kebangkitan adalah fase hidup. Fase yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dilewati. 

Aku mengatakannya di sini dengan tujuan membuat tulisan ini menjadi pengingatku. Pengingatku apabila kelak segala perasaan dan pikiran buruk menghantui lagi. Memang tidak ada jaminan hal menakutkan itu akan segera pergi, tapi setidaknya... aku tau kalau aku pernah berpikir sejernih ini.

Kembali pada sang adik. Ia sekarang masih beradaptasi, mengatur kehidupannya yang mulai dilakukan sendiri, membiasakan mandiri, berharap ia bisa lolos seleksi. Tidak, ia tidak sepenuhnya sendiri. Keluarga, harta dunia dan akhiratnya, ada mendukungnya, menerima dirinya apapun konsekuensinya. Tak peduli apakah nantinya mengecewakan karena satu hal yang pasti: kepercayaan pada sang adik. Keluarga tak peduli, iya, sebab keluarga percaya pada sang adik. Apapun hasilnya, pasti yang terbaik. Apapun hasilnya, adalah bayaran usahanya, entah dicicil atau tunai.

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya saat ini dan yang akan datang. Yang kutahu pasti, sang adik masih berhubungan baik dengan sang kakak. Sang adik terus bercerita, begitu pula sang kakak tidak pernah bosan mendengarkan dan memberinya nasihat. Terkadang sang adik merasa sungkan, takut dirinya menjadi beban kakak... tetapi beruntunglah, kakak tidak menunjukkan tanda-tanda keberatan atau terganggu.

Maksudku di sini sebenarnya adalah untuk menyampaikan pemikiranku yang bisa terbilang baru setelah berhari-hari overthinking mengenai hal serupa -sebenarnya selama bertahun-tahun, yakni ketakutan akan masa depan termasuk di dalamnya kegagalan. Tentu pemikiranku tak sepenuhnya benar, aku sadar. Mungkin aku pun belum bisa mengaplikasikannya dalam waktu dekat, namun aku berusaha.


"Untuk apa terlalu dipikirkan? Untuk apa berpikir lama-lama yang malah menghambat tindakan? Berhentilah berpikir yang berakhir sia-sia. Berhentilah berpikir risiko-risiko yang tidak logis. Berhentilah memprediksi masa depan. Berhentilah takut. 

Berusahalah, berdoalah, dan berpasrahlah.
Entah, apapun yang akan terjadi di esok hari. Entah, kegagalan apa yang akan menghampiri. Hadapi. Jadilah diri sendiri, jangan iri. Mungkin kita memang ditakdiran untuk berusaha lebih, atau mungkin kita hanya mengelu-elukan diri sendiri sehingga buta akan usaha keras orang lain."

Ketahuilah, hidup adalah indahnya perjuangan.
Entah akan menjadi keberhasilan atau pembelajaran, terima saja karena ini sudah menjadi jalan kita. Dan jalan tersebut.......indah, nikmatilah.


Catatan:
Tolong ingatkan aku kalau aku pernah berpikir setenang ini dan menuliskannya. Tolong ingatkan aku apabila aku lupa kalau aku punya pengingat.



Ditulis di Bandung sembari mengerjakan latihan kimia dasar
dan membuat rancangan anggaran salah satu divisi di KPGTS 2017.

Comments