Skip to main content

Kisahnya

"Jangan putus semangat dulu, jangan lupa bersyukur. Banyak loh yang pengen di posisimu sekarang, tapi kamu yang dipilih Tuhan untuk melakukan ini."

"Iya, emang harus bersyukur. Ingin bersyukur, tapi masih nggak ngerti kenapa aku dianggap mampu di posisi ini."

"Bukan menganggap kamu mampu, tapi karena kamu akan dimampukan. Percayalah."

Dia yang nyaris gila, namun setelah mendengar kata-kata itu pun mulai menuju ke interval kenormalannya.

"Kan, udah dibilang kalau cobaan nggak akan diberikan lebih dari kemampuanmu."

Dia yang nyaris gila, namun setelah mendengar kata-kata itu pun mulai berada pada interval kenormalannya. Bagaimana tidak gila, kesehariannya berpikir, atau bahasa bekennya overthinking. Dulu, sewaktu hidupnya masih terbilang mulus saja harinya dipenuhi dengan kecemasan dan ketakutan. Lebih lagi saat ini, jalan yang ia tempuh tidak lagi di jalur nyamannya. Tantangan-tantangan yang sejak lampau ia takutkan mulai menerpanya. Kejadian-kejadian yang pernah ia cemaskan pun menjadi nyata. Ujian sesungguhnya baru dimulai, atau bahkan belum. Oleh sebab itu, kegilaannya mulai melonjak. Entah akan berkelanjutan atau tidak.

Mengakhiri hidup? Neraka lebih menakutkan baginya. Selain itu, masih ada secercah harapan serta rasa syukur padanya. She is surrounded by lovely people. Her family, her friends, her seniors. She wants to return what she has got from 'em. Dia ingin menebarkan kebaikan, dia ingin menjadi orang yang bermanfaat -setidaknya sekali dalam seumur hidupnya. Masih ada harapan dirinya kelak menjadi sebaik-baiknya manusia versi Ibunda. 

"Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat bagi orang lain," begitu yang pernah dituturkan Ibunda padanya. Ia ingin mewujudkan itu, ia ingin menjadi seperti orang-orang yang menginspirasi dirinya, Ibunda dan Ayahandanya. Terpenting lagi, ia ingin menjadi batu yang tinggi untuk dipijak adik-adiknya.

Akhirnya kembalilah dirinya ke interval kenormalannya, memasrahkan sepenuhnya pada Yang Kuasa seperti yang pernah ia lakukan dulu. Ketenangan dan keikhlasan mulai menyelami jiwanya, dan kisah perantauan menemukan titik bahagia -titik di mana rasa syukur menggema. Namun, ternyata kata 'akhirnya' belum tepat... karena, ya, belum berakhir. 

"
Hidup bukan milik manusia, tubuh manusia pun bukan milik manusia. Memang, hanya rencana yang dapat kita atur sedemikian rupa. Terkadang, perasaan pun dapat kita atur sedemikian rupa. Tetapi asal kau tahu, jalan berlubang terpampang nyata. Truk-truk pembawa beban berat mungkin menjadi penyebab jatuhnya kita, karena mereka lah yang merusak jalan itu. Ada satu lagi yang sering kau lupa, kita. Indera kita yang tertutup -atau ditutup, itu lah penyebabnya.
That's why you need to be grateful for what you have. Because when God takes back (even though only for a period, not forever) what He had, not ours, that's a warning for the ungrateful-ness.
"

Kurang lebih begitu lah yang ia alami setelahnya. Pengalaman itu pun membuat ia menyesali sikapnya; tidak bersyukur, membenci dirinya sendiri. Ia sadar, ia harus menerima dirinya untuk mencintai Sang Pencipta. She felt sorry for hating and blaming God's creatures, indeed herself. 

"Kamu nggak seburuk apa yang kamu bayangin. Karena kamu belum mencoba melihat dari sisi yang lain."

Lagi-lagi, seseorang yang sama menggoncangkan gadis ini melalui kata-katanya. 

"Mungkin ada benarnya, semoga," pikir si gadis.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hai.
Nggak jelas ya? Haha, maaf emang lagi kacau nih. Makanya, ku sedang mencoba mengingat-ingat kisah gadis itu. Semoga menginspirasi kalian yang lagi kacau juga, ya!
Anyway, i've kind of writing (umm.. i actually have posted it on my LINE account) for this girl.
Mau ngasih pesan aja nih buat si gadis haha, barangkali si gadis baca. Harapannya sih....bisa balik ke interval normalnya lagi.

Teks di bawah di post oleh Rahma Rizky Alifia pada 7 Mei 2016 di akun LINE-nya. Fyi, saat itu dia sedang sedih karena hasil Ujian Nasional (UN) dan mencoba menyemangati dirinya sendiri.... Hasilnya? Cukup berhasil :)

"I know 'semangat, keep going, etc' won't boost your spirit. I know those wise words sound like bullshits. I know sadness, anger, disappointment, or any other suck feelings are fulling yourself right now. I know you won't believe in "everything's gonna be okay" words. But, what? Heads up! Although there's no guarantee that life's gonna be better, the point is that you're gonna be stronger. Even, you may be the strongest because you've passed what everyone haven't."

Sekian, terima kasih.


Tertanda,
Riris.

Comments

Post a Comment