Skip to main content

Kisah Kasih Bersamamu


Halo, Boul.

Kini usiamu sudah genap 26 tahun. Artinya, sudah berlalu satu tahun semenjak wajahmu berganti. Dari merah dan biru tua menjadi biru muda kehijauan, yang menunjukkan bahwa kamu enerjik, modern, dan dapat dipercaya. Tentu tanpa menghilangkan unsur "B" dan "e" yang telah terpatri. Iya, kedua huruf tersebut menunjukkan bahwa (B)oulevard senantiasa bersemangat untuk meng(e)dukasi melalui produk-produknya.

Boul, aku rindu setahun yang lalu. Saat aku masih menjadikanmu prioritas utama serta sumber kemumetanku. Saat aku masih ketakutan dan merasa tidak percaya diri membawa semangatku kepadamu. Saat aku masih mengejar-ngejar semua orang demi lahirnya dirimu kembali. Dan banyak lagi. Sungguh indah dikenang, tapi untuk diulang? Entahlah, mungkin tidak sekarang.

Momen kita berkenalan tidak seperti pertemuan-pertemuan lucu dan menggemaskan pada umumnya. Hanya datar, bahkan aku tidak menemuimu langsung. Padahal, saat itu adalah hari Open House Unit (sebenarnya disebut Festival). Aku seharusnya bisa menemui langsung dan mengobrol sedikit mungkin, mencari impresi tentang dirimu.

Ungkapan jodoh nggak akan kemana ada benarnya. Sebab, pada akhirnya, rasa penasaranku terhadapmu terus mengompori semangatku untuk mengenalmu lebih jauh. Aku pun meninggalkan data diriku, barangkali kamu akan menghubungiku lebih lanjut. Singkat cerita, aku berkunjung ke rumahmu dan kita berkenalan. Ada beberapa tamu lain yang asing, walaupun akhirnya kami berkenalan. Aku senang hari itu, setelah mendengar cerita-cerita darimu.

Boul, tahun pertama bersamamu cukup menyenangkan. Banyak belajar, sampai sekarang. Mengikuti Kak Juang yang saat itu ditugaskan sebagai pemandu alias mentor. Mendengarkan kisah kasih Kak Nurin, Kak Huda, Kak Alma, Kak Nadung tentangmu. Di lain hari bertemu Kak Galung dan Kak Anas yang menambah unsur seni desain dalam jiwaku. Serta, dicekoki perihal bisnis dan marketing. Jujur, saat itu aku benar-benar asing dengan dunia yang dikenalkan oleh Kak Yola selaku pemateri dari Divisi Perusahaan.



Pertama kali melakukan peliputan bersamamu, yakni di sebuah acara bertajuk IPMC (2016) yang diselenggarakan oleh IMMG ITB, membuatku merasa bahwa pada saat itu bahagia terlihat begitu sederhana. Sesederhana mendapat konsumsi gratis dari liputan. Pun, sesederhana mendengarkan penjelasan singkat terkait Telemotion (2016) dari ketua acaranya, Kak Windy. Atau terlibat dalam penulisan peristiwa Skorsing TPB FSRD yang penuh plot twist, dan diburu waktu.

Aku mulai menyadari bahwa aku tidak hanya suka menulis, tetapi juga dunia jurnalistik, ketika aku berkecimpung dalam penerbitan majalah di SMA. Terlebih, momen wawancara dengan band masa kecil favorit, Sheila On 7, memberiku ilham bahwa aku suka bertanya dan mendengarkan tutur narasumber. Premis tersebut pun diperkuat dengan tugas wawancara Kak Ardhi, Presiden KM ITB 2017-2018, yang waktu itu masih berstatus sebagai calon presiden KM ITB nomor urut 2 dalam Pemira KM ITB. Masa-masa Pemira KM ITB, awal mulaku mencicipi dinamika kampus, adalah kesempatan yang mungkin bisa dibilang agak memorable. Memorable karena wawancaraku dengan Kak Ardhi berlangsung selama tiga jam! Memorable karena wawancara tersebut adalah wawancara berdurasi terpanjang yang pernah aku lakukan. Menyenangkan, meskipun harus mentranskripsinya selama (bisa jadi lebih dari) lima jam. Wawancara-wawancara lain pun menyusul, dan selalu menyenangkan.

Tahun pertamaku denganmu, Boul, bisa disebut tahun paling produktif. Aku banyak menulis ini, itu, dan anu. Jika membuka majalah edisi 80, pembaca akan menemukan namaku pada beberapa artikelnya. Selain majalah, aku juga kerap menulis di website. Bukan, bukan mau sombong atau berbangga hati, aku hanya ingin bercerita bahwa di tahun ini aku mengagumi Kak Juang. Tulisan-tulisanku yang.... datar bisa disulap menjadi dalam dan berperasaan. Aku juga mengagumi cara Kak Juang setiap ia memimpin brainstorming konten. Hua! Pemikirannya super insightful dan persepsinya unik.


Rupanya, kamu tak puas menggenggam waktuku selama satu tahun. Rupanya, kamu ingin aku tetap ada di dekatmu satu tahun lagi, dan mungkin tahun-tahun selanjutnya. Rupanya, kamu ingin mengikat komitmen kita lebih jauh. Aku tidak menyangka, Boul. Aku tidak menyangka aku bisa dipercaya untuk komitmen itu. Aku takut sebenarnya, tetapi tergiur. Aku bukan pemimpi yang optimis, bukan juga pemimpin yang punya banyak pengalaman. Namun, terima kasih atas kepercayaannya waktu itu. Terima kasih sudah memilihku.


Aku bersyukur atas perjalanan ini. Perjalanan setahun yang membekas; penuh ketakutan dan keberanian, penuh pertimbangan dan keimpulsifan, penuh keresahan dan ketenangan. Gejolak perjalanan setahun dipelopori oleh banyak hal. Mulai dari gelombang-gelombang pembelok arah, demotivasi yang datang dan pergi, bangun tidurnya fantastic four, dinamika kampus yang tidak terduga, sampai pasang surutnya semangat dari teman-teman lain.

Aku ingat betul bahwa kepengurusanku lah yang seharusnya menuntun kehidupanmu saat usiamu memasuki 25. Aku bersemangat, meski merasa berat karena badanmu mungkin terlalu gendut. Tapi, di sini aku pun tahu bahwa aku tidak menggendongmu sendirian. Boul, kamu harus berterima kasih kepada teman-teman 2016, kepada Eka, Faldi, Ambar, dan Azkabella. Kamu juga harus berterima kasih peada teman-teman 2017 yang banyak dan penuh semangat. Terima kasih karena sudah ikut membantuku menggendongmu dan membawamu ke usia yang sekarang, ke tempat yang sekarang. Kamu juga harus berterima kasih kepada Kak Teo, Kak Hana, Kak Juang, Kak Ghaffar, Kak Nurin, Kak Anas, Kak Galung, dan senior serta alumni lainnya yang sudah mendorong para kroco sepertiku. Entah di awal, di tengah, atau di akhir perjalanan.



Satu lagi, Boul, kamu berutang banyak pada Kak Teo dan Kak Hana. Aku tidak peduli mereka percaya kata-kataku ini atau hanya menganggapnya sebagai angin lalu penuh kebohongan. Aku sangat beruntung punya mereka yang, meskipun tidak selalu ada, selalu membantuku menghadapi kebingungan dan mengembalikanku ke arah yang semestinya. Jujur, aku selalu minder kalau melihat Kak Teo yang serba bisa. Atau Kak Teo yang bisa melihat core dari suatu problematika. Atau Kak Teo yang selalu tau harus berbuat apa. Anyway, aneh rasanya menulis Teo dengan awalan "Kak".

Kamu juga harus tahu ini. Mengiringimu di usia 25, sedangkan usiaku saja baru 20 tahun, mengajarkanku hal-hal tak terbayangkan. Seperti bagaimana harus menghadapi manusia, bagaimana harus menjalankan organisasi, bagaimana harus menghasilkan konten yang berdampak, bagaimana harus memikat massa, bagaimana harus menjadi pers dan media yang ideal, bagaimana harus menjaga nilai-nilai yang ada, dan terpenting... bagaimana harus mencari penerus. Sebab, aku tidak selamanya menemanimu. People come and go, Boul, you have to accept it.


Meskipun begitu, aku tidak mau menjadi orang-orang yang pergi tak bertanggung jawab. Aku tahu aku melakukan banyak kesalahan dan meninggalkan luka. Maaf, aku mungkin belum mengusahakan yang terbaik saat itu. Aku memang pergi pada akhirnya, dengan mewariskan sejuta kekhilafan. Tetapi, aku tetap berusaha memperbaikinya dari kejauhan, dari sini. Sebab, jika aku masih di dekatmu, aku akan membatasi ruang gerakmu. Aku malah menghambat eksplorasi teman-teman yang sedang menemanimu, baik eksplorasi organisasi maupun diri mereka sendiri.

Aku meyakini bahwa kisah barumu, di usia 26 ini dan nanti, akan menemui hal-hal yang lebih seru. Aku meyakini bahwa esok hari wajahmu akan lebih berseri. Aku juga meyakini bahwa suatu saat nanti, masa emasmu akan kembali. Walaupun, mungkin kamu akan terengah-engah menghadapinya, atau harus jatuh sakit, atau harus beristirahat panjang, bersabar dan tetap berjuang lah. Ya, memang tidak mudah. Ku doakan agar kamu kuat dan berakhir dengan indah.

Kalau pun akhirnya harus mati, tak apa. Kamu sudah banyak berbakti, pada kampus juga negeri. Kalau pun akhirnya tak dibutuhkan, tak berarti buruk. Namamu akan terkenang, sebagai tombak perjuangan, sebagai perekam jejak kemahasiswaan, sebagai media propaganda peristiwa-peristiwa besar. Kalau pun akhirnya dilupakan, tak 'kan terjadi padaku. Kebaikanmu akan tetap mengalir dalam keringatku. You have made me as who i am now. You have been involved in every decision I made, and always will be.

Boul, aku beruntung bisa mengenal dan dekat denganmu. Terima kasih atas pertemuannya, pengalamannya, lika-likunya, penyesalannya, dan hal-hal lainnya.


Melakoni OHU dan dua kali penyambutan, mengikuti dan menggelar pelatihan, melakukan peliputan juga wawancara, melewati malam-malam keakraban atau malam-malam kajian memusingkan, menghadapi perdebatan dan kritikan, hingga menyelenggarakan acara-acara seperti Jurnival. Terima kasih telah banyak dilibatkan.

Bertemu dengan orang-orang penuh inspirasi dan memperoleh sudut pandang yang sangat bervariasi adalah salah dua hal kecil yang sangat aku syukuri. Terima kasih atas kesempatannya.
Dan, terima kasih atas segala ilmu.

Kisah tentangmu tentu tak akan berhenti sampai di sini saja. Masih terus berlanjut, sampai seterusnya. Begitu pula, kasih untukmu.

Sekali lagi, selamat menyambut usia yang baru!
Semoga pengabdian dan sejahteramu dirgahayu.


Tertanda,

Rahma Rizky Alifia
Pemimpin Umum Boulevard ITB 2018

Comments