Skip to main content

Seri Tugas Akhir: Lika-Liku Perjalanan

Idealnya, tugas akhir adalah tempat mengaplikasikan ilmu-ilmu dari mata kuliah yang dipelajari selama tiga tahun. Nyatanya, tidak juga. Aku justru menemukan banyak hal baru yang belum pernah kusentuh atau bahkan kubayangkan. Contohnya, belajar desain --UI/UX dan UML, mengoperasikan game engine, menyusun konten pembelajaran dan ujian/ evaluasi ketersampaian materi, bahasa pemrograman baru, dan bla bla bla.

Tenang, aku tau hal-hal itu akan terjadi. Aku sangat paham risiko yang akan kuhadapi saat memutuskan untuk memilih topik TA yang out of the (Biomed's) box. Lalu, apakah aku merasa kesusahan dalam menjalani risikonya? Ya, susaaaaah sekali. Paling susah adalah memulai, sebab aku berpikir bahwa segalanya harus langsung sempurna. Kan, kan, kan, mana mungkin...

Learning by doing benar-benar gambaran pengerjaan tugas akhirku, bahkan learning after finishing haha jatohnya jadi ngasal atau bahasa lebih halusnya sotoy. Beruntungnya aku, proses pembelajaran ini didukung oleh YouTube yang menghadirkan banyak tutorial. Mulai dari tutorial pakai Unity sampai menghubungkan Unity dengan MySQL. Oh iya, Unity itu software yang dipakai untuk mengembangkan game atau biasa disebut dengan game engine. Adapun, MySQL adalah sebuah implementasi dari sistem yang digunakan untuk memanajemen/ mengelola basis data relasional. Gampangnya, MySQL ini versi lebih lengkap dari Microsoft Excel.

Tentunya, tidak semua ada di tutorial dan tidak semua tutorial berhasil aku terapkan dalam programku. Aku tetap harus memodifikasi hal-hal yang dibutuhkan untuk memenuhi spesifikasi tugas akhirku, serta untuk membuat programnya jalan dengan lancar tanpa bug --kesalahan yang terjadi pada perangkat berbasis komputer, bisa dari hardware maupun software, yang menyebabkan eror. Akibatnya, perangkat tersebut tidak bisa berjalan sesuai dengan fungsi seharusnya. Kenalan lagi 'kan sama istilah teknis... 

Ibaratnya nih, kita udah tau mau pergi ke suatu tempat dan ada peta yang jelas menuntun kita untuk sampai di tujuan. Tetapi, tiba-tiba, kita harus cari opsi jalan yang lain karena jalan utamanya macet, banyak lubang dan kerikil, atau bahkan ada papan tertulis "Jalan ditutup, sedang ada perbaikan". Kondisi-kondisi jalan yang seperti ini lah yang mungkin agak mirip dengan per-bug-an. Kadang, kita bisa ketemu jalan lain yang lancar... kadang, kita ketemu jalan lain yang kok-lebih-jauh... kadang pula, kita nggak ketemu jalan baru alias yuk hadapi yuk, pasti bisa; hindari aja lah lubang dan kerikilnya.

Nah, terus kapan tuh nyampe tujuannya? Apa nyari-nyari jalan baru terus jadi nggak nyampe-nyampe? Apa tersesat?

Pernah ngerasa tersesat. "Ini udah sampe mana sih?" "Jalannya bener gak ya..." "Masih sejauh apa ya?" "Harus berapa lama lagi ya? Udah capek dan bosan, stok makanan kita dan kendaraan (baca: bensin) mau habis pula" "Duh, kok nggak nemu titik terang ya..."

Alhamdulillaah, masih sekadar tersesat dan bukan jalan buntu. Sebab, jika hanya tersesat, kita masih bisa tanya orang. Kata pepatah kan, malu bertanya sesat di jalan. E e e, pernah buntu juga! Bener-bener udah mikir keras dan nyoba cari ke sana ke mari, tapi gagal mulu. Ya udah, aku berdoa lah biar keliatan alim dan mundur mundur sejenak untuk mencari jawaban. Solusinya pun ketemu dengan cara bertanya pula.  Tanya rekan perjalanan sudah pasti, tanya dosen pembimbing, tanya teman yang jago namanya Yonas, dan pastinya tanya Google. 

Sudah tercerahkan dan terlihat garis finish, namun tidak kunjung mencapainya. Ada apa ini sebenarnya?

Waktu itu bulan Juni, tiba-tiba sudah pertengahan bulan. Pikirku penuh, lho lho lho lho lho lho dan infinite lho. Lho, gimana ini? Rencana kan sampai tujuan pada bulan Juni, bahkan di awal bulan, supaya di bulan Juli bisa pesta perayaan --tapi, ada Corona jadi nggak boleh. Aku, Ulfa, dan Fathiya masih punya tiga hari untuk melengkapi dokumen-dokumen yang harus dipenuhi. Saat itu, kami bilang bahwa kami akan berjuang menghadang segala ketidakmungkinan agar bisa menerobos pita kemenangan.

Yak, Tuhan berkata lain. Ada suatu kejadian yang di luar dugaan yang mengekspos kecerobohan siapa lagi kalau bukan diri sendiri. Website yang kami pakai secara gratis, tolong digarisbawahi, tiba-tiba di-shut down oleh pihak penyedia karena melewati batas pemakaian. Website itu baru akan kembali minimal dua hari kerja setelah pelaporan. Padahal, data penting yang (bodohnya) belum ku-back up ada di sana. Alhasil, aku tidak bisa dengan segera "transfer" ke website di tempat baru karena data yang mendukung website tersebut harus diiklaskan dahulu. Kalau mau, aku berpikir ulang dari awal dan itu tentu tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu tiga hari.

Ya sudah lah, kami pasrah. What belongs to us will finally comes to us.

Benar begitu, garis finish terlihat jelas di depan mata dan kami masih belum ditakdirkan untuk menapakinya. Bahkan, kami harus mundur satu dua langkah untuk melampaui garis tersebut lebih jauh. Kami harus melewati bulan Juli dengan perjalanan mundur-maju. Kami harus melewati bulan Juli dengan perjuangan mencapai kemenangan, selayaknya bulan-bulan sebelumnya. Hanya saja, tujuan akhir perjalanan kini takkan lagi samar-samar.

Sejengkal menuju berakhirnya petualanganku, Fathiya, dan Ulfa, aku kembali diingatkan oleh Sang Perencana. Tidak semuanya harus sempurna, tidak semuanya harus linear. Ada yang tidak bisa kukendalikan, ada yang harus direlakan. Kecewa secukupnya, percaya sepenuhnya. Ku sudah sampai di tahap ini adalah pencapaian yang luar biasa. 

Tinggal sedikit untuk diselesaikan, sebanyak mungkin dikuatkan. Iya, sedikit lagi. Satu bulan lagi, satu episode lagi.

Comments