Skip to main content

Seri Tugas Akhir: Di Ujung Perjalanan

Tepat sebulan yang lalu aku berjanji untuk merampungkan tulisan seri tugas akhir, and here we go. Sampai mana, ya, kemarin?

...

...

(membaca ulang tulisan sebulan lalu)

...

...

Oh, ternyata tentang gagal finish. Waktu itu adalah hari-hari terakhir menuju batas sidang untuk kelulusan pada Wisuda Juli dan kami (aku, Fathiya, Ulfa) ingin mengusahakan sidang tugas akhir dapat terlaksana. Tetapi, suatu hari, kami mengalami kendala teknis dari eksternal, yakni kehilangan data, juga kecerobohan lupa mem-back up dari saya yang membuat pengerjaan tugas akhir kami harus tertunda. Kami tidak tau kapan data tersebut akan dikembalikan, bahkan kami tidak tau apakah data yang hilang dapat kami peroleh kembali atau tidak. Jika tidak, ya harus dimulai lagi dari awal.

Pasrah sambil tetap berusaha menyelesaikan apa yang kami bisa pun jadi satu-satunya pilihan. Akhirnya, kami gagal mencapai garis finish di Wisuda Juli karena tidak bisa sidang sebelum tenggat waktu, namun syukurlah kami mendapat datanya kembali. What belongs to us will come to us. Dengan begitu, target berubah. Kami harus mundur, atau garis finish-nya yang dijauhkan; ada tahap baru yang harus kami selesaikan.

Tahap baru ini terbilang merepotkan karena dari situ kami menemukan banyak kelemahan dan bug pada aplikasi yang kami kembangkan sehingga kami harus memperbaikinya. Tahap ini disebut usability testing dan dilakukan secara iteratif sebanyak empat kali pada empat "kloter" pengguna yang berbeda. Tetapi, aku pribadi mensyukuri penyelanggaraan tahap ini sebab aku bisa melihat bagaimana (sampel) pengguna menerima produk yang kukembangkan dan perasaan lega serta bahagia ketika produk yang kukembangkan terus mengalami peningkatan performa.

Dengan dilaksanakannya usability testing, aku pun jadi "dipaksa" mengolah data hasil kuesioner (dan interview-interview singkat) testing secara kuantitatif juga kualitatif. Walaupun cuma lucu-lucu, proses ini bermanfaat buat otakku yang udah menumpul; melatih daya analisis, tapi nggak ngawang karena based on data.

Setelah dilakukan testing sebanyak 4x dalam 4 minggu, aku, Fathiya, dan Ulfa akhirnya sidang!

Deg-degan, banget. Dari nyari dosen penguji, minta persetujuan dan tanda tangan.. haduh, cemas mulu isinya. Ditambah cemas karena kalau nggak segera sidang, bisa-bisa tambah susah nyari penguji karena bentrok sama sidang temen-temen yang lain. Kalo bentrok terus, bisa-bisa sidang pas lewat batas waktu dan harus kena biaya 25% UKT.

Selesai urusan penguji, muncul urusan persiapan dan dokumen. Kayaknya nih, dua minggu menuju sidang tuh tidurku nggak nyenyak. Kebangun tiap beberapa jam, bahkan mimpi sidang terus dibantai dan banyak lagi. Sampai hari H sidang, cemas itu masih ada dan semakin nyata. Kebetulan aku dapat urutan kedua setelah Fathiya. Hari itu Selasa, 18 Agustus 2020, tepat satu hari setelah kemerdekaan RI ke-75. Liat nih, poster yang dibikin Tim Kreatif Sidang Biomeds benar-benar merepresentasikan pejuang kemerdekaan dari tugas akhir.

Poster Apresiasi Sidang

Kembali lagi ke cerita detik-detik sebelum sidang, aku ingat sekali 1-2 jam sebelum sidang, aku jadi hobi buang air kecil. Entah berapa kali aku bolak-balik kamar dan kamar mandi. Telapak tangan keringat dingin, rasanya ingin teriak. This is so unreal, aku benar-benar akan sidang. Aku akan presentasi dan ditanyai ini itu. Gimana kalau aku nggak bisa menjawabnya dengan benar? 

Yah, sebenarnya, secara materi dan dokumen aku lebih percaya diri sih. Persiapannya juga nggak se-hebring pas bulan Juni karena sudah punya data (thanks to usability testing)  dan datanya bagus (thanks to the users). Lebih paham juga soal TA yang dikerjakan, tetapi ada juga sih part yang masih sok-sok paham aja lah ya. Alhasil, pas sidang, bagian yang penuh ke-sotoy-an dikritik habis oleh dosen penguji yang memang ahlinya. Yah nggak papa, namanya juga eksplorasi. Untung aja masih bisa direvisi, untung aja nggak dimarahi, dan untung aja nggak disuruh mengulang sidang. Alhamdulillaah, aku lulus huhu akhirnya. 

Jadi nggak ada klimaks gini ya ceritanya hehehe sorry.

Bonus dulu, ini ada foto sebelum dan setelah ku sidang.

Sebelum sidang

Setelah sidang, aku dikunjungi sama Sanjay dan Kak Nab

Drama sidang berakhir, menyusul lah drama revisi dan deployment ke Google Play --yang sampai sekarang belum berhasil, entah kenapa proses verifikasi identitas ditolak terus. Kabar menggembirakan di fase revisi adalah kami berkesempatan untuk sosialisasi mengenai game yang kami kembangkan ke Pusat Krisis Kesehatan. Hmmmm walaupun ngaretnya nunggunya lebih lama daripada presentasi dan diskusinya, aku tetap senang sih karena mendapat feedback yang positif juga masukan-masukan. Memang lika-liku perjalanan, ada polisi tidur, jalan berlubang, dan tak terlewat pemandangan di kanan kiri.

Ada pula yang tak kalah penting dari jalan terjal dan pemandangan, yaitu orang-orang yang membersamai, baik yang mengendarai, menemani dari jauh, atau mendoakan diam-diam.

Mungkin ini ke sekian kalinya aku mengucap syukur karena satu tim dengan Fathiya dan Ulfa. Sungguh sangat suportif, pengertian, dan nggak neko-neko. Aku tidak menyangkal pasti ada sekali dua kali tiga kali atau beberapa kali merasa lelah atau bingung gimana menyuarakan ke-mbatek-an yang aku rasakan ke Ulfa dan Fathiya. Pelan-pelan, akhirnya tersampaikan juga... Sebab, kalau tidak tersampaikan, perjalanan bisa terhambat karena "para pengendaranya" nggak sinkron.

Aku juga sangat berterima kasih kepada orang-orang yang menemaniku dari kejauhan, yang nggak pernah lelah dan bosan mendengarkan ratusan keluh kesah juga sumpah serapah. I thank Tara dan Diki for giving their time and energy to support me. Padahal, ya mereka lagi struggling juga di perjalanan yang mirip, tapi beda. They played big roles, membuatku nggak merasa sendirian. Terima kasih sudah membagi pikiran, bahagia, stres, dan banyak hal di satu tahun ke belakang. Terima kasih sudah mau berjuang bersama-sama walau rute yang kita pilih berbeda.

Mungkin nggak se-intens Tara dan Diki, namun kehadiran Sanjay dan Adit juga jadi hal yang aku nggak akan lupakan. I also thank Kak Nabil karena udah ditanya gono-gini, tentang sidang, dokumen, sampe Pak Beni (berhubung Pak Beni adalah dosen pengujiku dan dosen pembimbing Kak Nabil). Aku juga senang karena sesekali "ketemu" Nana di persimpangan jalan, terus ya sudah kita cerita dan misuh-misuh. Selain Nana, kadang-kadang aku juga berjumpa sama Eka dan Yudha. Bertanya kabar dan cerita progress tanpa tekanan ternyata bisa jadi obat penenang yang cukup kalau tiba-tiba kita mual (mabuk perjalanan).

Orang yang aku inget juga, penolong di akhir cerita TA-ku, tepatnya bagian nge-print dokumen pascarevisi: Attyla! Kalau Attyla bukan orang yang baiknya banget dan gemar menolong, kayanya di ujung perjalanan TA aku panik luar biasa. Padahal, sebenernya, ya aman-aman aja.

Satu lagi yang sangat penting dan sepertinya sudah pernah aku sebutkan di episode pertama. Yup, dia adalah Yonas. I would like to call him Sang Pencerah, for real. Kalau nggak mencari petunjuk dari Yonas, kalau nggak nanya arah ke Yonas, mungkin Seri Tugas Akhir ini akan ditulis dengan sudut pandang berbeda.

Di ujung perjalanan tugas akhir, aku benar-benar berterima kasih kepada semua pihak yang membantu, mengingatkan, mengapresiasi, dan mendoakanku supaya aku bisa melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya --yang sebenarnya juga masih dalam proses pencarian. Di ujung perjalanan tugas akhir, aku cukup bangga pada diriku karena sudah mampu bertahan dan berjuang, serta tidak lupa menikmati naik turunnya kurva perjuangan. Mungkin kesulitan kuliah sarjana dan tugas akhir ini nggak akan ada apa-apanya dibandingkan dengan bermacam-macam tantangan yang akan kuhadapi nanti, tapi setidaknya, ini bisa jadi bekal. Bekal untuk menjadi sabar, tidak menyerah, dan percaya ada Yang Lebih Hebat dalam merancang skenario kehidupan.

Begitu lah kisah tugas akhirku dalam tiga episode. Aku percaya, hidup adalah sebuah journey yang penuh misteri dan keajaiban di setiap langkah kecilnya. It will be a never-ending journey until we breathe our last, dan kini aku sedang berdiri di ujung perjalanan; sebuah ujung dari akhir juga ujung dari awal.

Comments