Skip to main content

Aku dan Lombok: Tentang GHTL


Sudah lama tidak update. Di sini aku mau cerita tentang sebuah pengalaman yang mungkin lebih dari berharga, baik subjek-subjek di dalamnya, nilai-nilai yang diperoleh, maupun kenangan-kenangan yang tertulis menjadikannya kisah. Ini tentang suatu pelatihan bertema kepemimpinan yang aku ikuti. Bahkan, lebih dari sekedar pelatihan bagiku. Kenapa? Simak aja yah sampe akhir hehehe.

Pelatihan ini dinamakan dengan Global Health True Leaders 2.0 which is ditujukan untuk para health workers supaya nggak jadi pekerja aja, tetapi juga bisa menjadi pemimpin. Health workers di sini adalah orang-orang yang punya passion, pekerjaan, atau mimpi-mimpi di bidang kesehatan. Intinya, health workers itu nggak harus seorang medical doctor atau veterinary medicine atau lulusan kesehatan masyarakat, melainkan semua orang yang emang ingin atau sedang berkontribusi di dunia kesehatan. Cmiiw. Target pesertanya pun global sebetulnya. Tetapi, untuk batch-ku sendiri pesertanya hanya dari Indonesia dan Filipina.

Pelatihan ini berlangsung dalam waktu yang cukup singkat (menurutku), sekitar 8 hari; sejak 15 Juli sampai dengan 23 Juli 2018. Kegiatan pelatihan sendiri dilaksanakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ada pun penyelenggara kegiatan tersebut adalah sebuah lembaga bernama Indohun. Indohun, akronim dari Indonesia One Health University Network, merupakan sebuah organisasi berbasis komunitas yang memiliki concern utama di bidang kesehatan, yakni kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

Sekilas info tentang One Health karena mungkin pada bingung. Sepemahaman saya, One Health adalah sebuah konsep atau mind set kolaborasi antarberbagai sektor kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Ada pula menurut WHO, "One Health an approach to designing and implementing programmes, policies, legislation and research in which multiple sectors communicate and work together to achieve better public health outcomes."

Mari kembali lagi ke pelatihan. Sebetulnya aku mau cerita tentang summary setiap harinya gitu, tapi kalo di post ini kayaknya bakal panjang banget dan menjadi boring, kemudian pesan utama yang aku ingin sampaikan di sini malah nggak jadi tersampaikan hehe. Oh ya, pelatihan ini diikuti oleh warga South-East Asia (SEA) –sebenarnya targetnya global sih. Pada pelatihan kali ini ada 51 peserta, asalnya dari berbagai daerah Indonesia dan Filipina

Selama 8 hari, kami ‘ditatar’ materi-materi umum seputar kesehatan seperti pengetahuan dan konsep dasar tentang One Health,  dasar-dasar kesehatan masyarakat, pengenalan tentang epidemilogi, infectious dan zoonotic disease. Selain itu, kami juga diberi materi-materi terkait softskill, seperti kolaborasi dan kerja sama, kebijakan, advokasi, dan regulasi, serta budaya, kepercayaan, nilai-nilai, dan etika.

Agak uniknya dari pelatihan ini adalah setiap pemaparan materi dilanjutkan dengan praktik langsung. Praktik langsung tersebut dilakukan oleh masing-masing grup, kemudian hasilnya dipresentasikan. Maksud dari praktik langsung di sini adalah penerapan materi secara langsung. Misal, pemaparan terkait epidemilogi selama 45 menit (aku lupa sejujurnya durasi yang benar berapa lama) dilanjutkan dengan exercise per kelompok. Bentuk exercise-nya: tiap kelompok diberi sebuah kasus penyakit di suatu wilayah, gejala-gejala, sebab dan akibatnya, dsb. Kemudian, tiap kelompok ditugaskan untuk berdiskusi terkait manajemen kasus penyakit tersebut. Hasil diskusinya pun disampaikan.

'Keunikan' pelatihan GHTL ini membentuk pemikiranku akan pentingnya berpikir cepat dan tepat, sebab penanganan kasus penyakit harus dengan sigap dilakukan supaya tidak berdampak lebih parah dan lebih luas. Penanganan kasus penyakit sebetulnya hanya sebagian kecil yang menunjukkan betapa dibutuhkannya pemikiran cepat dan tepat. Selain itu, diperlukan pula kemampuan untuk mempresentasikan ide/ solusi yang kita tawarkan.

Pelatihan ini lebih dari sekadar pelatihan karena dilengkapi dengan upaya penegakan kedisiplinan. Ya, GHTL mengundang aparat kepolisian yang ditugaskan untuk membentuk karakter disiplin peserta. GHTL menerapkan sistem punishment, yakni setiap yang melanggar peraturan seperti terlambat akan diberi hukuman. Kegiatan lunch dan coffee break juga beberapa kali diberi tenggat waktu dan menjunjung tinggi kebersamaan. Dari dua kegiatan tersebut juga diperoleh nilai tanggung jawab. Sebab, setiap makanan yang telah peserta ambil bersifat wajib untuk dihabiskan.

Tak hanya kedisiplinan, budaya hidup sehat dan perkembangan sikap & kebiasaan juga diterapkan. Setiap pagi, para peserta diwajibkan mengikuti morning exercise. Morning exercise adalah olahraga di pagi hari dipandu oleh aparat kepolisian, durasinya sekitar 1 jam. Sedangkan, maksud dari perkembangan sikap dan kebiasaan ialah peserta diharapkan mengubah sikap dan kebiasaan agar menjadi lebih baik lagi.

Jika ingin ditelaah lebih detil, akan banyak sekali hal yang dapat ku ceritakan di sini. Pun, aku rasa post ini dapat menjadi sesuatu yang membosankan. Satu hal yang pasti, Global Health True Leaders (GHTL) 2.0 lebih dari sekadar pelatihan bagiku. Kurang lebih 8 hari, cukup singkat memang, sedikit banyak membentuk diriku yang (mungkin) baru, memberiku pengalaman-pengalaman yang berharga, memberiku beragam sudut pandang baru yang memperluas wawasanku.

Semoga bukan hanya aku yang diberi dan difasilitasi di pelatihan ini, tetapi ke depannya aku juga dapat memberi Indonesia dan dunia. Semoga hasil pelatihan tidak hanya sampai di sini, tidak hanya berhenti dalam sebuah tulisan panjang, tetapi juga tindakan-tindakan. Mungkin tidak akan terlihat saat ini, namun tampak nyata pengaruhku untuk dunia di masa depan. Semoga.

Terima kasih, Lombok dan GHTL. Tak sabar menunggu program ini untuk hadir kembali di tahun depan atau waktu lainnya.

Comments