"Gue selalu mengantisipasi the worst case that could happen ." "Gue selalu berusaha berpikir buruk terhadap orang-orang, dan berbagai situasi." "Gue selalu mempersiapkan diri untuk dilukai, dibantai." Tiga ungkapan tersebut kurang lebih menggambarkan kondisi kita sehari-hari. Kita kerap menghindari dari perasaan kecewa atau sedih, apalagi kalau sebabnya adalah hal-hal yang, menurut orang-orang, sepele. Kita tidak mau dianggap lemah. Kita tidak mau mengalami sakit hati. Kita dihasut untuk takut menjadi seorang yang vulnerable . Nuhha Thalib, cofounder Rasi Indonesia , selaku salah seorang pembicara dalam kelas MetaTalk-Humanity stated that being weak is not as same as being vulnerable. Weak and vulnerable are different. Weak means lacking the power to perform physically demanding tasks, easily damaged, or liable to break. While, vulnerable means susceptible to physical or emotional attack or harm. Benar, masih tentang kelas MetaTalk-Humanity. Ini ...