Skip to main content

Posts

Showing posts from 2020

Menjadi Sarjana Teknik Biomedis ITB

Cerita perjalanan tugas akhir tentu akan menggantung tanpa sepenggal kisah mengenai kehidupan menjadi sarjana, atau lebih tepatnya fresh graduate . Perlu diingat, aku dinyatakan lulus dan disematkan menjadi Sarjana Teknik Biomedis ITB pada bulan Oktober lalu. Maka, tulisan ini akan menggambarkan seorang sarjana yang benar-benar baru menetas --murni opini dan pengalaman pribadi. Disclaimer lainnya, tulisan ini juga ditujukan untuk mengklarifikasi tulisanku yang berjudul Lulus dari Biomedis, Menjadi Tangis atau Manis? . Sebab, banyak (sekitar 7 orang, dan menurutku itu banyak) yang mengajukan pertanyaan lebih lanjut serta stance- ku atas pilihan memilih Teknik Biomedis sebagai program studi yang akan dipelajari selama empat tahun lamanya. Foto toga bersama temen-temen Biomedis ITB Mari kita mulai dari mengapa dulu aku memilih Teknik Biomedis. Teknik Biomedis ITB, atau lebih tepatnya STEI ITB, adalah pilihan impulsif yang baru terpikir di kelas 12 akhir semester 1. Dari SMP sampai SMA, ak

Seri Tugas Akhir: Di Ujung Perjalanan

Tepat sebulan yang lalu aku berjanji untuk merampungkan tulisan seri tugas akhir, and here we go . Sampai mana, ya, kemarin? ... ... (membaca ulang tulisan sebulan lalu) ... ... Oh, ternyata tentang gagal finish . Waktu itu adalah hari-hari terakhir menuju batas sidang untuk kelulusan pada Wisuda Juli dan kami (aku, Fathiya, Ulfa) ingin mengusahakan sidang tugas akhir dapat terlaksana. Tetapi, suatu hari, kami mengalami kendala teknis dari eksternal, yakni kehilangan data, juga kecerobohan lupa mem- back up  dari saya yang membuat pengerjaan tugas akhir kami harus tertunda. Kami tidak tau kapan data tersebut akan dikembalikan, bahkan kami tidak tau apakah data yang hilang dapat kami peroleh kembali atau tidak. Jika tidak, ya harus dimulai lagi dari awal. Pasrah sambil tetap berusaha menyelesaikan apa yang kami bisa pun jadi satu-satunya pilihan. Akhirnya, kami gagal mencapai garis finish di Wisuda Juli karena tidak bisa sidang sebelum tenggat waktu, namun syukurlah kami mendapat datany

Seri Tugas Akhir: Lika-Liku Perjalanan

Idealnya, tugas akhir adalah tempat mengaplikasikan ilmu-ilmu dari mata kuliah yang dipelajari selama tiga tahun. Nyatanya, tidak juga. Aku justru menemukan banyak hal baru yang belum pernah kusentuh atau bahkan kubayangkan. Contohnya, belajar desain --UI/UX dan UML, mengoperasikan game engine , menyusun konten pembelajaran dan ujian/ evaluasi ketersampaian materi, bahasa pemrograman baru, dan bla bla bla. Tenang, aku tau hal-hal itu akan terjadi. Aku sangat paham risiko yang akan kuhadapi saat memutuskan untuk memilih topik TA yang out of the (Biomed's) box. Lalu, apakah aku merasa kesusahan dalam menjalani risikonya? Ya, susaaaaah sekali. Paling susah adalah memulai, sebab aku berpikir bahwa segalanya harus langsung sempurna. Kan, kan, kan, mana mungkin... Learning by doing  benar-benar gambaran pengerjaan tugas akhirku, bahkan learning   after finishing  haha jatohnya jadi ngasal atau bahasa lebih halusnya sotoy . Beruntungnya aku, proses pembelajaran ini didukung oleh YouTube

Seri Tugas Akhir: Awal dan Gambaran Perjalanan

Akhirnya! Memang tidak seharusnya dituliskan di awal cerita, namun itu lah kenyataannya. Cerita ini benar-benar dimulai dengan "akhirnya". Iya, akhirnya aku menulis lagi setelah sekian lama haha. Kali ini mau berkomat-kamit sedikit tentang perjalanan tugas akhir sarjana seorang Rahma Rizky Alifia. Perjalanan yang aku nggak sangka-sangka penuh drama dan makna, dan hebatnya aku bisa (hampir) melaluinya. Aku memilih topik TA (tugas akhir) yang berhubungan dengan manajemen kebencanaan ( disaster management ), tepatnya mengembangkan sebuah platform  edukasi terkait manajemen bencana. Kenapa? Apa hubungannya dengan jurusanku, Teknik Biomedis? Memilih topik TA, kata para kating (kakak tingkat-red), merupakan momen krusial. Sebab, perjalanan tugas akhir bukan lah rentetan cerita yang sederhana. Lika-liku penjelajahan sudah pasti ada. Kerikil atau jalanan berlubang akan kerap ditemui. Bahkan, di saat-saat tertentu bisa saja menemukan gang buntu. Maka dari itu, persiapkanlah segala amu

Pesan untuk Manusia

Mungkin, ekspektasiku terlalu tinggi. Aku lupa kalau kau juga manusia. Manusia tempatnya salah, jauh dari kesempurnaan. Manusia yang aneh, dan penuh keegoisan. Manusia dengan keinginannya lepas dari kesalahan yang bahkan tidak ia ketahui. Manusia yang gemar meminta maaf tanpa alasan jelas atau gengsi meminta maaf. Mungkin, pikiranku terlalu negatif. Niat minta maaf malah menimbulkan amarah baru. Sebab, aku sungguh tak mengerti mengapa dirimu menyalahkan diriku. Padahal, kau saja yang tidak mampu. Siapa bilang aku belum mengikhlaskan? Hey, jangan kepedean. Siapa bilang masih ada yang tidak kumaafkan? Hey, satu detik pun aku enggan kembali memikirkan. Tolong, jangan jadikan aku sebagai alasan. Atas kesulitan-kesulitan yang kamu rasakan. Tolong, jangan memohon untuk dimaafkan. Padahal, tidak tahu apa yang dipermasalahkan. Maaf karena aku dulu pernah mengganggumu. Aku janji, hidupmu tidak akan kuganggu lagi. Tenang, aku akan memegang omonganku, tak seperti dirimu.