Pekan ini kuanggap sudah berakhir, sebab tiga hari ke depan tidak ada kuliah alias libur. Pekan yang cukup melelahkan karena dihadang ujian-ujian. Syukurlah telah terlalui, meski pekan depan masih ada sisa-sisa ujian yang bisa jadi tidak kalah melelahkan. Aku seharusnya berusaha menulis esai untuk UTS mata kuliah Jurnalisme Sains dan Teknologi, tetapi mood -ku untuk itu masih tak kunjung ketemu. Entahlah, doakan saja aku segera kembali ke level kerasionalanku, sebab akhir-akhir ini aku merasa menjadi seorang yang sangat irasional. Ngomong-ngomong tentang irasional, aku ingin menceritakan suatu kisah temanku -yang juga sempat menjadi kisahku. Kisahnya mengandung pemikiran-pemikiran yang kurang rasional, bagiku. Sebelum bercerita terkait ketidakrasionalan tersebut, aku akan mengenalkan kalian kepada kata rasional terlebih dahulu. Sebelumnya, iklan sedikit, aku sarankan untuk tidak mencari tahu korelasi foto dengan tulisan di sini. Mari, kembali ke bahasan irasional. Menurut KBBI d...
Do you ever wonder why these repetitive New Year "traditions" are deemed important and expected to be life-changing for many people? With the slogan "New Year, New Me," many individuals seem to reset their lives and hope to become better individuals in the new year. Indeed, it's not a bad idea because we need to grow towards the positive, leaving behind things we consider negative or undesirable. Our true adversary is ourselves, along with the relentless passage of time that often makes us lose sight of ourselves. Not to be cynical, but must we wait for a new year to change one, two, three, or many habits? This writing may sound cliché because it even happened to me. I, whose heart was touched anew write again because of the #30haribercerita writing campaign which happens routinely at the beginning of every year. I, who suddenly thought of resuming exercise after my lack of discipline became my top character in 2023. I, who envisioned spending time reading books...